Kamis, 05 Juli 2012

(Nggak) Susah (Belajar) Jadi Pemimpin

Cerita sekelompok sepatu tracking saat mau mendaki gunung
Gunungnya lumayan tinggi
Baru pertama kali menjelajah ke sana
Rencana sudah matang, tapi terjadi sedikit perdebatan di antara mereka

Hi-tec : "Oke, perlengkapan udah kumplit semua yaa. Hari ini kita akan mendaki gunung Selimut Jiwa. Kita akan berangkat naik baling-baling sekitar 7 jam perjalanan. Menurut informasi, cuaca disana sedang tidak pasti, kadang hujan, kadang panas, bahkan sering terjadi badai secara tiba-tiba.

Gunung Selimut Jiwa adalah gunung setinggi 3592 mdpl
Pemandangannya masih hijau
Bahkan masih sering ditemukan binatang-binatang langka seperti ayam bersayap dan sapi pemakan rumput
Namun, track perjalanannya bercabang-cabang, sehingga terkadang menyulitkan siapapun yang melewatinya
Sunrise di puncak gunung itu merupakan salah satu yang terindah
Banyak orang yang sudah mencobanya
Rasanya memang menakjubkan seperti di surga
Dan mereka mencoba untuk melihatnya secara langsung dari itu.

Eiger : "Aku memang jarang sekali berpetualang mendaki gunung, tapi aku yakin aku bisa sampai di puncak dan mengumpulkan foto sebanyak-banyaknya. Peralatanku udah lengkap dan berteknologi tinggi. Jadi jangan khawatir.

Rei : "Peralatanku juga sudah canggih. Aku yakin kita nggak akan kesasar sampe ke puncak. Aku yakin.

Akhirnya, mereka pun berangkat menuju Gn. Selimut Jiwa.
Perjalanan berkelok-kelok  membuat tubuh cepat lelah sehingga butuh istirahat berkali-kali.
Hamparan sawah dan terasering banyak mereka jumpai selama di perjalanan.
Setelah 7 jam perjalanan, akhirnya mereka sampai di kaki gunung.

Mereka memutuskan untuk beristirahat dan tidur malam itu.
Udara di sana lagi dingin banget.
Minum kopi panas rasanya nggak ngaruh di lidah.
Tapi malam itu mereka tidur pulas sekali di dalam sleeping bag yang mereka bawa.

Pagi pun menjelang
Waktunya memulai perjalanan
Berkali-kali mereka memeriksa barang bawaan untuk memastikan semuanya lengkap.
Setelah semua siap, mereka melangkahkan kakinya menuju puncak tertinggi.

Di perjalanan, tim terkagum-kagum dengan pemandangan yang begitu indahnya.
Matahari pagi terasa hangat di badan.
Mata mereka dimanjakan lukisan alam nan hijau gemerlap.
Burung-burung berkicauan memandu jalannya petualang hebat ini.

Hingga akhirnya sore hari menjelang, sebentar lagi gelap.
Tapi mereka harus bisa sampai puncak esok pagi sesuai dengan informasi di internet.
Langkah kaki yang sudah lelah itu pun dipacu lebih.
Sering terdengar desah napas yang terengah

Karimor : "Bro, ini udah gelap hhh-hhh-hhs.. Udara semakin dingin, dan aku juga mulai kehabisan tenaga. hhh-hh. Gimana kalo kita bikin tenda di sini terus istirahat. Aku nggak kuat". (sambil terengah-engah)

Forester : "Hhh-hh-hh.. Bener coy, gue juga udah ngantuk banget ini. Besok kita terusin lagi. Capek banget gue. Hh-hhh-hhh..

Hi-tec : "Hh-hh-hhh.. Iya, aku juga udah capek. Kedinginan pula. Tapi, hhh-hh.. menurut informasi yang kudapet dari internet, pemandangan di puncak pas pagi hari itu indah banget. Kalian pasti nggak mau kan melewatkan kesempatan itu? Kalo kita istirahat sekarang, jarak ke puncak masih terlalu jauh coy. Ayo kerahkan lagi tenaga kalian. Sebentar lagi sampe kok."

Eiger : "Haaah.. Aku sih ngikut aja deh. Masih kuat kok sampe pos selanjutnya."

Menjelang gelap gulita, mereka terjebak di dalam perdebatan.
Kondisi tubuh yang sudah lelah menurunkan segala tenaga yang tersisa.
Cara ampuh tentunya adalah dengan tidur dan makan ransum.
Tapi, kalau mereka tidur sekarang, mereka tidak akan bisa melihat sunrise yang katanya indah itu.

Rei : "Udah yok kawan, demi sunrise itu, ayo berjuang sedikit lagi.

Forester : "Gila lu ya pada. Demi apapun gue udah nggak kuat lagi. Kalian pada mentingin sunrise ya daripada nyawa orang. Kalo gue mati, kalian mau pada tanggung jawab, hah?"

Karimor : "Iya nih parah banget. Aku nggak biasa sama track kaya gini, dingin pula. Aku nggak sanggup, jujur aja."

Hi-tec : "Tapi menurut peta, kalo kita bikin tenda sedikit lebih dekat dengan puncak, kita bisa jalan ke puncak kurang dari setengah jam. Kalo kita tidur disini, maka untuk mencapai puncak kira-kira bakal lebih lama lama, mungkin 5 jam lebih."

Forester : "Iya gue tau. Gue juga pengin banget liat tuh sunrise kaya apa yang diceritain di internet. Emang sih disitu juga ditulis kalo lebih baik bikin tenda dekat dengan puncak. Tapi coba lu liat kondisi kita gimana dong. Kedinginan, kelaperan, gue nggak kuat lagi jalan 5 jam."

Rei dan Eiger terdiam sambil menghela napas.
Forester dan Karimor bersikeras untuk mendirikan tenda disini.
Sementara Hi-Tec yang (disini) sangat mengerti medan juga bingung memilih antara banyak pilihan.
Dan angin malam yang dingin itu sekali lagi menyapa tubuh mereka yang mulai renta kelelahan.

Kejadian seperti ini bukan hanya terjadi di cerita-cerita pengalaman pendakian.
Saya pribadi sering sekali menemui kondisi seperti ini di atas sana.
Saat bertemu kondisi seperti ini, yang harus dilakukan pertama adalah jangan jatuhkan mental mereka.
Jangan sekali-kali berkata :

Hi-tec : "Ah, kalian gimana sih? Katanya ngikut-ngikut aja tadi di bawah. Sekarang aku udah bikin keputusan tapi kalian rewel. Dasar."

Kalimat seperti itu pasti ada di kepala orang.
Tapi kalimat itu tidak baik.
Selain justru membuat perpecahan, kemungkinan mereka yang kelelahan akan kapok
Dan menganggap kita sebagai diktator yang kejam.

Usahakan kita bersikap tenang dan ucapkan kalimat yang memotivasi

Hi-tec : "Coy, kalo kita bisa ngeliat sunrise, demi apapun kita bakal bangga banget dan bikin cerita ke temen-temen di kelas.

Dan kalo nggak mempan juga, ya udah jangan dipaksakan.
Kita bukan Tuhan yang bisa ngerti kondisi ke depan.
Kalo dipaksa-secara-halus juga nggak bisa, kita nggak boleh maksa lebih keras lagi.
Dan kalo kita kalah sama pendapat mereka, jangan tunjukkan kekecewaan kita di depan mereka.

Akhir cerita ini adalah mereka sepakat untuk mendirikan tenda dan beristirahat.
Mereka rela nggak liat sunrise cantik itu daripada mengorbankan nyawa mereka.
Hi-tec juga nggak sedih-sedih amat karena sebenernya dia juga sebagai manusia biasa yang kelelahan.
Malam ini mereka tidur ditemani bintang-bintang

Sebagai seorang pemimpin atau yang lagi belajar jadi pemimpin, segala keputusan itu ada resikonya.
Nah sekarang gimana caranya kita mengurangi resiko sekecil mungkin.
Ya emang sih mereka akhirnya merelakan nggak dapet sunrise, tapi daripada perjalanan waktu itu dilanjutkan dan tiba-tiba Karimor atau Forester pingsan kan justru nambah masalah.
Jadi manajemen resiko yang dilakukan Hi-tec saat itu adalah benar.

Kita pasti punya keinginan.
Tapi ketika keinginan itu dilakukan bersama-sama, itu artinya keinginan itu menjadi milik bersama.

Satu orang punya target, dan tercapai, berarti dia telah menyelesaikan targetnya dengan baik.
Namun saat lima orang punya target yang sama, tapi hanya tiga yang berhasil memenuhi target, artinya mereka gagal memenuhi target.


Ini bukan tentang Aku dan Kamu, tapi tentang sebuah hubungan dimana ketika Aku hitam, maka Kamu pun hitam.
Solid butuh tindakan daripada sekedar teriakan seruan.
Kawan, keluhmu adalah perjuangan Aku,
dan Kamu
Kita ...